Mau Bikin Apps Sekelas Netflix? Berikut Caranya

Mau Bikin Apps Sekelas Netflix Berikut Caranya - Mau Bikin Apps Sekelas Netflix? Berikut Caranya

Kalau kamu sering nonton Netflix dan penasaran gimana sih cara kerja sistem di baliknya, kamu nggak sendiri. Di balik UI yang kelihatan simpel dan nyaman itu, ada infrastruktur skala global dan tumpukan teknologi canggih yang bikin semuanya bisa jalan mulus. Mulai dari streaming video, rekomendasi konten, sampai delivery ke jutaan device — semua di-handle dengan sistem yang luar biasa kompleks tapi efisien.

Nah, di artikel ini, kita bakal kulik bareng gimana sebenarnya cara kerja Netflix dari sudut pandang teknologi. Cocok banget buat kamu yang punya background IT, developer, atau sekadar tech enthusiast yang suka ngulik sistem besar.


1. Produksi vs Lisensi

Netflix itu nggak cuma platform streaming. Mereka juga produsen konten. Kita kenal Netflix Original seperti Stranger Things atau Squid Game, yang mereka produksi sendiri atau bareng partner. Ini ngasih mereka kontrol penuh atas distribusi global.

Tapi nggak semua konten diproduksi in-house. Banyak juga film dan serial dari studio lain yang mereka beli lisensinya. Biasanya per wilayah dan per periode tertentu.

Jadi secara sistem, mereka punya pipeline untuk ingest, encode, dan distribusi konten yang berasal dari dua sumber: internal dan eksternal. Dan semua konten itu nantinya masuk ke workflow streaming mereka.


2. Netflix Jalan di AWS Cloud

Netflix migrasi full ke cloud (AWS) sejak lama. Jadi semua backend service mereka jalan di atas AWS. Ini memungkinkan scaling elastis, high availability, dan cepat dalam delivery.

Tapi uniknya, Netflix nggak pakai CDN pihak ketiga seperti Akamai atau Cloudflare buat video stream. Mereka malah bikin sendiri: Netflix Open Connect. CDN ini mereka tanam langsung di data center ISP lokal di seluruh dunia. Jadi ketika kamu nonton, kamu sebenernya ngambil file video langsung dari edge server terdekat — bukan dari server pusat atau AWS.

Nice banget kan? Ini salah satu alasan kenapa Netflix nyaris nggak buffering meskipun kamu pakai koneksi pas-pasan.


3. Performa Aplikasi Diutamakan

Netflix bisa diakses di mana aja: HP, smart TV, laptop, tablet, bahkan konsol game. Supaya performanya konsisten, mereka bikin native app untuk tiap platform:

  • iOS: pakai Swift.
  • Android: pakai Kotlin.
  • Web: pakai React, yang bikin UI-nya ringan, modular, dan cepat.

Tim frontend Netflix fokus banget soal UX. Mereka terus eksperimen pakai A/B testing buat nentuin layout mana yang paling bikin user betah nonton dan eksplor konten.


4. Komunikasi Backend Juga Dibuat Beragam

Supaya data bisa jalan mulus dari server ke client, Netflix pakai kombinasi API:

  • REST dan GraphQL buat komunikasi klien–server (ngambil data konten, metadata, preferensi user).
  • gRPC dipakai buat komunikasi antar microservices di backend. Ini lebih efisien karena pakai protokol Protobuf dan connection-nya lebih cepat dibanding REST.
  • WebSocket juga ada, terutama buat hal-hal yang butuh real-time connection. Misalnya status nonton, kontrol playback antar device, dll.

Semua komunikasi ini harus super cepat, efisien, dan stabil. Karena kalau delay dikit aja, bisa bikin experience user drop.


5. Jalankan Full Microservices

Netflix adalah contoh nyata perusahaan besar yang berhasil jalanin arsitektur microservices secara penuh. Mereka punya ratusan (mungkin ribuan) service kecil yang punya tanggung jawab spesifik. Misalnya:

  • Service buat auth.
  • Service buat rekomendasi.
  • Service buat billing.
  • Service buat player config.
  • Dan seterusnya.

Semua service ini saling terhubung lewat gRPC dan dikelola secara kontainer di atas Titus, platform internal mereka buat deployment (semacam Kubernetes custom version mereka sendiri).

Untuk koordinasi antar service, mereka pakai:

  • Eureka buat service discovery.
  • Zuul sebagai gateway.
  • Ribbon buat load balancing di level client.

Ini semua bikin sistem mereka modular, gampang di-scale, dan resilient.


6. Storage dan Data Streaming tak dijadikan satu

Netflix bukan cuma tentang video. Mereka juga punya sistem data pipeline skala raksasa yang ngumpulin semua event dari user (klik, tonton, scroll, pause, dll).

Untuk storage:

  • Pakai Amazon S3 buat nyimpan konten statis (video, subtitle, cover image).
  • Cassandra buat data user dan metadata konten, karena tahan banting dan cocok buat write-heavy workload.

Untuk real-time data processing:

  • Kafka dipakai buat message queue.
  • Apache Flink buat real-time stream processing. Misalnya buat analisis pola nonton atau fraud detection.

7. Sistem Rekomendasi Kontan Pakai AI

Rekomendasi Netflix bukan cuma random. Mereka invest besar-besaran ke machine learning dan deep learning buat personalisasi konten.

Algoritmanya mempertimbangkan:

  • Riwayat tontonan kamu.
  • Pola nonton user lain yang mirip kamu.
  • Metadata konten (genre, aktor, bahkan warna thumbnail!).
  • Waktu nonton (malam vs siang).
  • Device apa yang kamu pakai.

Modelnya terus dilatih dan di-deploy lewat pipeline ML internal mereka. Kalau kamu merasa Netflix makin ngerti selera kamu… itu bukan kebetulan. Itu hasil kerja keras sistem AI-nya.


8. Adaptive Streaming dan DRM

Supaya bisa streaming lancar di segala jenis koneksi, Netflix pakai adaptive bitrate streaming.

Jadi tiap video dibagi-bagi jadi chunk kecil (sekitar 4-10 detik), dan tiap chunk punya versi berbeda (dari 240p sampai 4K). Player-nya bakal adaptif ambil chunk terbaik sesuai kondisi jaringan dan performa device kamu.

Untuk keamanan konten, mereka pakai DRM (Digital Rights Management) yang lumayan ketat. Video di-enkripsi dan cuma bisa didekode sama aplikasi resmi Netflix. Jadi nggak bisa sembarangan di-download atau dicuri.


9. Uji Ketahanan Sistem Sebelum Error

Netflix sadar bahwa sistem sebesar ini pasti rawan error. Tapi alih-alih nunggu error terjadi, mereka justru “sengaja bikin error” untuk ngujinya.

Tools mereka:

  • Chaos Monkey: secara random kill instance di production, buat ngecek apakah sistem bisa auto-recover.
  • Latency Monkey, Conformity Monkey, dll.

Konsepnya disebut chaos engineering. Intinya, jangan cuma tes di staging, tapi langsung di production. Karena di dunia nyata, gangguan bisa terjadi kapan aja.


10. Selalu Monitoring Stabilitas Sistem

Buat jaga stabilitas sistem, mereka butuh monitoring yang real-time dan komprehensif. Tools yang dipakai:

  • Atlas buat metric monitoring.
  • Spinnaker buat deployment pipeline (open source juga, loh).
  • Jira & Jenkins buat manajemen tim dan CI/CD workflow.

Observability mereka memungkinkan tracing dari request level hingga sistem level. Jadi ketika ada error, bisa langsung tahu siapa pelakunya dan bisa rollback dengan cepat.


11. Mengutamakan Keamanan dan Privasi

Netflix udah punya standar enterprise-level buat security:

  • Enkripsi semua data (in transit & at rest).
  • Implementasi OAuth, token-based auth.
  • Multi-factor authentication buat admin.
  • Audit log dan activity tracking.

Privasi data user juga dipegang ketat, apalagi dengan regulasi macam GDPR dan lainnya. Mereka punya tim security dan privacy khusus.


12. Cache Lokal Menjadi Kunci Performa

Teknologi Netflix memang dibuat buat skala global. Mereka udah siap handle request dari 190+ negara. Dan ini nggak cuma soal server dan bandwidth aja.

  • Infrastruktur mereka dioptimasi buat regional failover.
  • Rekomendasi konten dioptimasi buat budaya dan bahasa lokal.
  • Bahkan Open Connect mereka didesain supaya bisa “nge-cache lokal” konten yang lagi viral di suatu negara.

Skalabilitas ini didukung penuh sama cloud (AWS), sistem internal seperti Titus, dan jaringan distribusi konten mereka sendiri.

Jadi, setiap kali kamu klik “Play” di Netflix, itu bukan cuma masalah streaming video. Tapi hasil kerja keras dari ribuan engineer, ribuan service, dan sistem berskala global yang semuanya bekerja dalam sinkronisasi tinggi.

Dari microservices, ML, CI/CD, sampai chaos engineering — semuanya disatukan buat satu hal: bikin kamu betah nonton. Dan mereka berhasil banget.

Netflix adalah contoh nyata gimana tech modern — cloud, AI, dan sistem terdistribusi — bisa digabung buat membangun produk yang skalanya gede, kompleks, tapi tetap elegan di mata user.

Kalau kamu developer, semoga artikel ini bisa jadi inspirasi dan bahan ngulik. Karena belajar dari sistem sebesar Netflix itu priceless banget.

You cannot copy content of this page