Hai, sobat blogger! Kita punya berita menarik nih dari dunia penelitian dan inovasi di Jakarta. Siapa yang tak kenal dengan nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)? Sebuah laboratorium yang terletak di Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi Organisasi Tenaga Nuklir pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, sedang mengadakan eksperimen menarik yang bertujuan untuk mengendalikan populasi nyamuk DBD dengan cara yang tak biasa.
Di laboratorium berukuran 10 x 8 meter itu, para peneliti BRIN tengah berusaha membuat nyamuk Aedes aegypti menjadi “mandul.” Mereka menggunakan metode yang disebut Teknik Serangga Mandul (TSM), yang melibatkan radiasi nuklir.
baca juga : Aplikasi edit video di laptop, ada capcut juga lho
TSM ini bertujuan untuk mengurangi populasi nyamuk DBD jantan. Nyamuk-nyamuk jantan tersebut dipapar dengan radiasi gamma dari Cobalt 60 dan Cesium ketika mereka masih dalam fase pupa. Hasilnya? Mereka menjadi mandul, artinya mereka tidak dapat menghasilkan keturunan yang sehat.
Nyamuk-nyamuk DBD yang telah dimandulkan ini kemudian dilepaskan ke alam liar, sehingga mereka bersaing dengan nyamuk jantan yang masih bisa menghasilkan keturunan. Namun, karena nyamuk mandul tidak dapat menghasilkan keturunan yang viable, populasi nyamuk DBD akhirnya menurun secara signifikan.
Radiasi nuklir memiliki dampak besar pada nyamuk-nyamuk ini. Mereka kehilangan kemampuan terbang, usia hidupnya menjadi jauh lebih pendek, dan bahkan daya saing mereka dalam mencari pasangan kawin turun drastis. Biasanya, nyamuk Aedes aegypti bisa hidup selama 3-4 pekan di alam liar, namun setelah terpapar radiasi gamma, usia mereka hanya sekitar 1 pekan.
Baca Juga : 5 aplikasi untuk memperbaiki foto blur, gratis dan mudah digunakan
Untuk meningkatkan kesempatan keberhasilan nyamuk mandul, para peneliti melepaskan mereka dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada nyamuk jantan biasa. Konsep ini disebut sebagai “pembanjiran populasi,” di mana jumlah nyamuk mandul yang dilepaskan harus sembilan kali lipat lebih banyak daripada nyamuk biasa.
Penelitian ini telah mencapai tahap proyek percobaan di lapangan. Mereka melepaskan nyamuk DBD yang telah dimandulkan ke sebuah wilayah di Bandung, Jawa Barat, dan memonitor dampaknya terhadap populasi nyamuk DBD biasa. Hasilnya menakjubkan, dengan penurunan populasi nyamuk DBD biasa sekitar 60 persen di wilayah yang padat penduduk.
Ini adalah langkah inovatif dalam upaya mengendalikan penyakit DBD dengan cara yang ramah lingkungan. Meskipun upaya ini menunjukkan potensi yang besar, kita tidak boleh melupakan langkah-langkah pencegahan lainnya seperti Program 3M (menguras, menutup, dan mengubur) dan mendeteksi infeksi virus secara dini.
Sampai berita ini ditulis, penyakit DBD masih merupakan masalah serius di Indonesia dengan ribuan kasus dan kematian. Namun, upaya seperti Teknik Serangga Mandul ini memberikan harapan bahwa kita dapat memerangi penyakit ini dengan inovasi berbasis nuklir. Semoga penelitian ini terus berkembang dan memberikan manfaat besar bagi kesehatan masyarakat kita. Jadi, jangan biarkan nyamuk DBD merajalela, karena kita punya radiasi nuklir untuk membantu kita dalam pertempuran melawan mereka!