Jakarta, 18/5 – Teknologi Bard yang diluncurkan setelah Chat GPT, saat ini mungkin lebih unggul, namun keduanya akan menemukan segmen pasar masing-masing.
“Prediksi saya, sekarang ChatGPT ini bekerja sama dengan Microsoft yang dari sisi pasar mesin pencari tidak sebesar Google. Barangkali nanti yang akan mendominasi adalah Bard karena ia secara natural sudah terintegrasi dengan mesin pencari Google yang sampai saat ini mendominasi,” ungkap pakar AI dari Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM, DR Eng Ir Sunu Wibirama ST M.Eng. IPM, Rabu.
Apalagi Google, kata Sunu, juga memiliki layanan lain selain mesin pencari, salah satunya adalah android yang digunakan di hampir semua ponsel pintar. Sehingga secara natural, katanya, Bard akan terintegrasi dengan aplikasi yang ada di gawai pintar.
ChatGPT adalah singkatan dari “Chat Generative Pre-trained Transformer”. Ini adalah model bahasa yang dibuat oleh OpenAI, berdasarkan arsitektur GPT-3.5. ChatGPT dirancang khusus untuk berinteraksi dengan pengguna dalam mode percakapan seperti pesan teks atau obrolan real-time.
“Dari situ akan meningkatkan pemakaian Bard. Sementara ChatGPT terintegrasi hanya di mesin pencari Microsoft Bing sehingga saya tidak terlalu yakin bisa melakukan penetrasi pasar yang lebih luas dibandingkan Bard,” ujar Sunu.
Sedangkan dari sisi performa, ia menilai Google Bard memiliki respons yang lebih natural dengan gaya penyampaian mirip percakapan manusia.
“Bard ini dari sisi respons lebih natural dibandingkan dengan ChatGPT. Secara teks, gaya penyampaian Bard lebih mirip percakapan manusia,” kata dia.
Bard adalah layanan obrolan kecerdasan buatan Google. Bard merupakan AI generatif, nama genetik yang diberikan untuk model kecerdasan buatan seperti ChatGPT OpenAI dan DALL-E yang mempunyai kemampuan menghasilkan konten baru untuk pengguna. Biasanya AI generatif berisi kemampuan untuk menghasilkan video, audio, cerita.
Sunu mengatakan bahwa untuk perintah yang sama, Bard dan ChatGPT memberikan respons yang berbeda. Kemampuan chatbot AI yang ada di belakang Bard atau ChatGPT, sama-sama bisa melihat intensi yang kemudian memberikan respons natural layaknya manusia.
“Bard, sudah lama dikembangkan Google lewat proyek Language Model for Dialogue Applications (LaMDA) meski diluncurkan kalah cepat bila dibandingkan ChatGPT,” jelasnya.
Menurut dia, meski Bard untuk saat ini dinilai lebih unggul, namun hal tersebut tidak serta merta membuat ChatGPT akan ditinggalkan pelanggan.